Hai perkenalkan namaku Felisia Anggica umurku sekarang 20 tahun. Oh
ya aku pernah punya sahabat kecil namanya Perdana. Dulu kita sangat
akrab sekali, hampir tiap hari aku bersamanya. Hingga suatu ketika saat
umur kita 8 tahun dia meninggalkanku. Dia ikut kedua orangtuanya ke
Paris karena orangtuanya pindah bekerja disana. Dihari perpisahan itu
aku ke tempatnya untuk memberikan salam perpisahan. Dia memberikanku
kalung dengan nama Perdana, sedangkan dia yang memakai kalung dengan
nama Felis. Hari-hari aku lewati tanpanya. Tanpa suaranya. karena saat
dia di Paris aku tidak memiliki kontaknya sama sekali. Dan kini sudah 12
tahun aku tidak komusikasi dengannya dan tanpa mengetahui keadaannya.
Hari ini aku iseng buat buka fb buat isi waktu luang. Ada satu
permintaan pertemanan dari Sinaga dari foto profilnya terlihat baik,
sopan dan ramah. Aku memutuskan untuk menerima permintaan pertemanannya.
2 menit setelah aku menerima permintaan pertemana itu, ada inbox dari
dirinya isinya “hai Ica salam kenal ya. Makasih atas konfirmasi
pertemanannya ya” mulai dari situ aku dan Sinaga ini mulai akrab,
ngobrol apa saja kami selalu nyambung. Kami berencana untuk ketemu,
tetapi untuk waktu yang tepat yang sama-sama luang buat kita berdua
selalu saja tidak ada.
Sore ini aku baru balik dari kampus karena baru selesai kelas dan
sebelumnya aku mengerjakan tugas terlebih dahulu di kampus tugas
kelompok.
Brakk… “Aduh” aku terjatuh. “Aduh, kamu itu kalau jalan lihat-lihat dong
pake nabrak orang segala lagi apa sengaja?” kata cowok tersebut. “Yah
bukannya minta maaf malah marah-marah. Gak usah kepedean situ, siapa
juga yang mau tabrakan sama loe.” Kataku kesal “Harusnya yang minta maaf
itu loe bukan gue. Ya udah lah gak penting ngomong sama orang gila.”
“Siapa juga yang mau berurusan dengan orang kaya loe, sinting gitu.”
Malam hari aku mencoba menghubungi Sinaga untuk curhat apa yang aku
alami kali ini, begitupun dia, dia curhat apa yang dia alami hari ini.
Walaupun kami belum pernah ketemu tapi kami sudah saling percaya untuk
menceritakan hal-hal pribadi kami. Aku percaya kalau dia bisa menyimpan
rahasia dariku begitupun dia percaya dengan diriku untuk menyimpan
rahasianya. Dari perbincangan curhat-curhat itu kami membahas lagi untuk
kapan kita akan ketemu, dan kami sepakat untuk ketemu tanggal 6 juli
tepatnya seminggu lagi. Untuk tempatnya kami memutuskan untuk ketemu di
restoran ABC jam 1 siang.
Kesokan harinya aku seperti biasa berangkat ke kampus. Di
perjalananku menuju kelas aku bertabrakan dengan cowok yang kemarin
bertabrakan denganku juga, cowok sinting itu lagi.
“Hah loe lagi loe lagi, emang sengaja kali ya loe nabrak gue karena loe
fans berat gue dan mau minta foto kan, ayo ngaku aja.” Ujar cowok
sinting “Hah apa gue sengaja nabrak loe supaya gue bisa foto sama loe.
Gak lah ya gak level. Loe aja siapa gue gak tahu.” Balasku “Hah gak usah
bohong deh, mana mungkin ada orang gak kenal gue.” “Emang situ siapa?
Artis? Gak kan? Kenapa gue harus kenal sama loe.” Dengan kesal aku
melanjutkan perjalananku ke kelas dan meninggalkan cowok sinting itu.
Seminggu telah berlalu kini saatnya aku ketemu sama sahabat yang aku
kenal beberapa bulan ini di fb namanya Sinaga. Aku berharap dia baik
seperti kalau aku kenal dia waktu di fb. Aku sibuk memilih baju untuk
ketemu sama dia, agar nantinya aku pede ketemu sama dia. “Mana ya Naga
kok gak dateng-dateng apa mungkin dia telat?” tanyaku dalam hati.
“Misi mbak mau tanya, meja atas nama saya, Naga sebelah mana ya?” tanya
Naga pada seorang pelayan “Iya mas silahkan, meja yang anda pesan
sebelah sana dan orang yang anda undang juga sudah menunggu.” Sambil
menunjuk meja nomor 20 yang sudah dipesan sebelumnya “Ya mbak makasih.”
Dengan melanjutkan jalannya menuju meja nomor 20. “Misi, apakah anda
yang bernama Ica? Saya Naga yang memesan meja ini.” Cewek yang awalnya
duduk kini berdiri dan balik badan “Hah loe, kenapa loe ada disini, ini
meja udah gue pesen sebelumnya atas nama gue.” “Heh sorry ya orang
sinting, gue kesini juga atas undangan dari temen gue. Ini meja yang
udah temen gue pesen, atas nama Naga.” Kataku ngotot “Siapa emang temen
loe?” “Naga, kita janjian ketemu disini dan meja ini sudah dia pesen
sebelumnya atas nama dia.” “Hah berarti loe Ica, gue Naga.” “Hah gak
mungkin, gak percaya gue Naga itu ganteng ya baik juga gak kaya loe,
cowok sinting.” “Ya bener gue Naga, loe Ica gak mungkin deh kalau loe
Ica, Ica itu kan ramah lembut gak gila kaya loe.” Ica hanya senyum asem
pada Nagaa dan meninggalkannya sendiri di meja yang sudah mereka pesan
sebelumnya.
“Apakah benar dia itu Ica, kalau memang benar kenapa dia malah lari ya?
Pasti dia tersinggung dengan kata-kataku. Jika memang benar itu kamu aku
minta maaf. Tapi kenapa setiap kita ketemu bawaannya pengen berantem
terus ya. Ah sudah lah aku harus kejar dia.” Sesal Naga
Naga mengejar Ica yang keluar dengan suasana hati yang emosi
karenanya. Tak didapatkannya sosok bayangan Ica dari matanya. “Mungkin
dia udah jauh, ya sudahlah aku pulang saja” ujar Naga. Di jalan menuju
parkiran Naga melihat sosok seperti Ica yang sedang diganggu oleh
seorang cowok, cewek itu terlihat tidak suka atas perlakuan cowok
tersebut. Naga langsung menuju mereka. Naga memukuli cowok yang
tersebut, mereka berantem. Cewek yang bersembunyi di balik kursi yang
ada di pojok parkiran ketakutan. Naga menuju cewek itu untuk menandakan
bahwa cowok yang tadi bersamanya telah pergi.
“Mbak cowok yang tadi udah pergi, udah aman kok, mbak bisa keluar
dari balik kursi.” “Makasih ya mas.” Kata cewek itu yang langsung
memeluk Naga dan menangis di pelukannya “Iya sama-sama, maaf bisa
dilepas pelukannya.” Kata Naga sedikit risi dengan pelukan itu “Iya mas
sekali lagi makasih ya.” Dengan melepaskan pelukan “Hah Ica, tadi itu
siapa? Kenapa dia kasar sama kamu?” tanya Naga penasaran dan kawatir.
“Iya Naga aku Ica, dia tu mantan aku yang minta balikan sama aku
beberapa waktu lalu.”
Kami baikan setelah kejadian itu, dan kami sering bertemu walaupun hanya sekedar makan bersama atau menghabiskan waktu bersama.
“Ca aku mau tanya, itu kalung yang kamu pake kok ada namanya perdana.
Dia siapa Ca?” tanya Naga. “Tapi sebelumnya aku juga mau tanya, kamu
kok punya kalung mirip dengan punyaku ada namanya Felis, kalau boleh tau
itu siapa? Kalau kalung ini dari seseorang yang sangat berarti buatku.
Dulu kita deket banget, hingga tiba saat kami umur 8 tahun dia
meninggalkanku ke Paris ikut orang tuanya. Saat perpisahan itu lah dia
ngasih aku kalung ini. Kalau kamu gimana? Cerita dong.” Pintaku. “Kamu
Felis sahabat kecilku berarti. Ini kalung tanda suapaya aku gak lupa
sama dia. Ini dulu aku yang buat satu aku kasih ke kamu.” “Kamu Perdana
yang dulu ninggalin aku, dan gak pernah hubungin aku lagi.” Kataku gak
percaya “Iya aku Perdana. Gak nyangka ya Fel kita ketemunya kaya gini
berantem mulu sampai akhirnya kita deket lagi kaya gini.” “Ya aku juga
gak nyangka bakal kaya gini.”
“Fel kata nyokap aku udah dijodohin sama seseorang waktu kecil.
Nyokap bilang sama temenya dulu kalau anaknya cowok dan anak temennya
cewek atau sebaliknya bakal dijodohin sama mereka. Menurut kamu gimana?
Aku terima permintaannya gak ya? Tapi kan aku gak kenal sama dia.” Pesan
masuk yang kuterima pagi ini. “Ya kamu temui aja dulu cewek itu, kaian
jalani aja kalau memang jodohmu kalian akan bersatu kalau memang bukan
jodohmu kalian bisa jadi sahabat kan.” Balasku. “Tapi kenapa nasib kita
sama ya Dan? Aku juga dijodohin sama temen anaknya papa. Aku juga gak
bisa nolak jalan satu-satunya ya kita harus temui mereka, apa boleh
buat. Kita senangin orang tua kita masing-masing.” Kukirim lagi pesan
untuknya. “Ya Fel demi orang tua kita masing-masing. Kamu harus temeni
aku ya sama cewek itu besok sabtu malam jam 7 direstoran chika, kamu mau
kan?” satu pesan lagi masuk pada hp ku. “Maaf Dan aku gak bisa, aku
juga udah dibuatkan janji sama papa untuk ketemu sama cowok yang mau
dijodohin ke aku waktu dan tempatnya juga sama. Tapi kita bisa kok
berangkat bareng kesana.” “Kalau untuk berangkat bareng aku gak bisa deh
Fel, aku gak enak sama mama, maaf ya.” “Ok gak papa, kita ketemu aja
setelah kita selesai dengan urusan kita masing-masing”
Sore ini aku siap-siap untuk berangkat menuju restoran, begitupun
dengan Perdana. Kami selalu mengirim sms untuk saling menguatkan satu
sama lain. Aku berangkat bersama dengan papa dan Perdana berangkat sama
dengan mamanya. Aku dan papa menuju meja yang sudah papa pesen
sebelumnya. Disini aku melihat seperti ada keanehan, aku melihat di meja
yang kami tuju ada Perdana yang sedang duduk di meja yang papa pesan.
Seketika ku terpikir “apa maksud dari seua ini”. Papa menyapa mama
Perdana dan menayakan mana nak laki-laki ganteng yang kamu mau jodohkan
ke anak perempuanku yang cantik ini? “Ini, nak laki-laki yang aku
maksud.” Perdana dan aku kompak langsung mengucapkan “Dia yang mau
dijodohin sama aku?” “Yah kalian kompak sekali.” “Kalau Felis sih aku
kenal mah, dan dia juga cewek yang selama ini aku suka.” “Hah, perdana
suka sama aku, sejak kapan?” tanyaku dalam hati. “Iya mah, dia itu
shabatku dulu waktu kecil kan, dan mamah inget saat aku kelas dua SMA
aku pernah kan cerita sama mama kalau aku suka sama seseorang tapi aku
gak pernah komunikasi sama dia. Orang itu Felis mah.” “Wah kebetulan
banget kalau kalian memang sudah saling suka.” Kata mama Perdana.
Kami ngobrol disana sampai lupa waktu. Papa dan mama Perdana saling
bertukar cerita tentang kehidupan mereka selama ini. Aku dan Perdana
yang hanya diam mendengar cerita mereka akhirnya memilih untuk pisah,
mencari tempat yang tenang untuk kami.
“Fel gak nyangka ya orang yang mau mama jodohin ke aku itu kamu,
setelah mendengar itu aku seneng banget lo.” “Iya Dan, aku juga gak
nyangka orang yang dijidohin sama aku itu kamu. Oh ya kamu tadi bilang
sama mamamu kalau kamu suka sama aku sejak kelas 2 SMA. Itu benar?”
tanyaku penasaran. “Sebenarnya bukan dari mulai kelas 2 SMA tapi
sebelum-sebelumnya juga udah suka sama kamu, dan aku yakin kalau memang
aku suka sama kamu itu ya baru itu pas aku kelas 2 SMA. Jadi kamu mau
nerima aku jadi jodohmu, tuan putri Felis.” Pintanya padaku. “Kita
jalani aja semuanya, pasti kita akan lebih serius lagi menjalani
hubungan ini.” “tapi aku gak nyangka lo Dan kalau kita dipertemukan
dengan cara yang aneh seperti itu, kita bertemu dan kita berantem tapi
di sisi lain juga kita saling curhat lewat fb, dan akhirnya kita malah
dijodohkan sama orangtua kita masing-masing.”
Cerpen Karangan: Lucky Rusyita
0 Komentar